Industri Asuransi dan Kementrian
Keuangan pada tanggal 3 April lalu melakukan Diskusi Panel untuk
melengkapi Draft Grand Design Edukasi Asuransi Indonesia (GDEAI). Pada
pagi hingga sore hari, para peserta dengan serius berusaha menyimak
pemaparan ketua Tim Kerja GDEAI – DAI, Dr. A. Anton Lie tentang Draft
GDEAI dan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan, dan mendengarkan
masukan dari para Sosiolog Dr. Johanes Fredrik Warouw dari UI dan Dr.
Widjajanti dari LIPI berkenaan dengan draft GDEAI tersebut. Tanya-jawab
dengan para sosiolog berlangsung sangat dinamis, sehingga untuk
memuaskan para peserta yang ingin tahu banyak tentang pandangan
masyarakat terhadap asuransi, Bp. Freddy Pieloor selaku moderator
meminta izin Ketua DAI Bp. Kornelius Simanjuntak untuk menambah waktu
diskusi selama 1 jam. Para peserta yang diundang adalah para pakar –
pakar dibidang asuransi yang telah terbukti komit dalam edukasi asuransi
kepada masyarakat, misalnya para direksi dan management perusahaan
asuransi yang sering kali menjadi pembicara dalam kuliah umum atau
pendidikan dosen dalam program Insurance Goes To Campus (IGTC), para
ketua dan pengurus inti Insurance Day, seluruh ketua Asosiasi
perasuransian serta para ketua institusi pendidikan Asuransi.
Dr. Johanes Fredrik Warouw, mengatakan bahwa model analisa yang dapat dipakai untuk GDEAI adalah model analisa “Black Box”, Input – Box – Output – Outcome”.
Dari sudut pandang sosiologis, “Asosiasi Asuransi Indonesia” dapat
dilihat sebagai suatu komunitas yang memiliki VISI dan MISI yang
berkecimpung dibidang Asuransi (seharusnya berthemakan) dengan VISI,
“Mengasuransikan Masyarakat, Memasyarakatkan Asuransi” dengan MISI “Asuransi Mensejahterakan Masyarakat, Masyarakat Mensejahterakan Asuransi”.
Dr. J.F.Warouw memandang bahwa VISI dan MISI ini dapat dijadikan
sebagai paradigma dasar perasuransian Indonesia kedepan. Jadi ada
perubahan paradigmatic asuransi, yang semulanya hanya bertujuan sebagai
suatu kegiatan usaha dalam mencari keuntungan (Paradigma Mencari Keuntungan)
dengan menjaring sebanyak-banyaknya konsumen se mata-mata, dan melalui “
Gran Desain Edukasi Asuransi” perlu memunculkan suatu Paradigma baru
asuransi Indonesia, yakni Paradigma Coorporate Social Responsibility dengan melakukan “Social Investment”
Banyak masukan berarti berdasarkan pengalaman langsung dari para pakar
yang ada dalam masing-masing grup diskusi, misalnya Grup “Asuransi Masa
Depan” yang terdiri dari Frans Y Sahusilawane, Kornelius Simanjuntak,
Petrus Siregar, Robby Loho, Widjayanti, Nurham, Brahma Setyowibowo
membahas tentang bagaimana cara edukasi asuransi kepada kelompok
masyarakat lembaga swadaya masyarakat, dilihat dari kategori, yaitu : Masyarakat
belum mengenal dan belum mengerti asuransi, Masyarakat sudah mengenal
namun belum mengerti asuransi, dan Masyarakat sudah mengenal dan sudah
mengerti Asuransi.. Sedangkan Grup “Subrogasi” yang terdiri
dari Wunwun, Anton Lie, Julian Noor, Basuki Purwadi, Jati Wijayanti,
J.F. Warrouw, Asrori, Hotbonar Sinaga, membahas tentang masyarakat
Lembaga Legislatif dan Partai Politik, juga dilihat dari tiga kategori
diatas. Kepala Biro Perasuransian BAPEPAM LK Kementrian Keuangan “Isa
Rachmatarwata” dan 2 kepala bagiannya “ Basuki dan Yatty Nurhayati”
beserta 7 orang staff Kementrian Keuangan ikut aktif dalam grup diskusi
tersebut. Masing-masing grup mengusulkan berbagai cara / kegiatan yang
tepat untuk melakukan edukasi asuransi kepada segmen masyarakat tertentu
(sesuai tugas masing-masing grup diskusi), sehingga diharapkan akan
mempermudah Tim Kerja dalam menuangkan dan melakukan finalisasi draft
GDEAI.
Dengan didukung oleh tempat yang memadai, udara yang sejuk dan makanan
kecil yang nikmat dan selalu tersedia di Pusdiklat ACA Ciloto pada hari
itu, para peserta Diskusi Panel yang terbagi dalam 6 kelompok diskusi
yang dipandu oleh ibu Sri Hadiah Watie, hingga pikul 18.00 tidak merasa
jenuh, walaupun waktunya telah lewat 2 jam dari yang direncanakan.
Disela-sela Diskusi Panel GDEAI – DAI, Pak Isa Rachmatarwata (Kepala
Biro Perasuransian BAPEPAM LK) didampingi oleh Kornelius Simanjuntak
(Ketua Dewan Asuransi Indonesia (DAI) dan Anton Lie (Ketua Komisi
Pendidikan DAI) meresmikan Web DAI. Web dengan alamat www.dai.or.id
yang berisi semua informasi tentang asuransi dan e’learning dibidang
asuransi ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat
melalui informasi technologi jarak jauh. Diharapkan dengan adanya Web
ini masyarakat baik dalam industri asuransi maupun masyarakat umum dapat
lebih mengenal dan mencintai bidang asuransi. Pada saat itu juga Sdr.
Arif (mahasiswa magang beasiswa STIMRA) yang dipercaya membuat Web ini,
langsung diangkat menjadi karyawan tetap DAI oleh ketua DAI Koornelius
Simanjuntak. Daniel Gunawan selaku Koordinator Web yang membimbing Sdr.
Arif mengatakan bahwa Web ini adalah realisasi dari salah satu program
dalam Insurance Goes To Campus (IGTC) yaitu program e-learning.
Rapat Tim GDEAI-Kemenkeu
Pada malam harinya di tempat yang sama
dilangsungkan rapat Tim Kerja GDEAI – Kementrian Keuangan (sering
disebut Tim 7) dengan pemerintah (Biro Perasuransian BAPEPAM LK) dan
seluruh ketua asosiasi perasuransian dibawah koordinasi Dewan Asuransi
Indonesia (DAI). Tim ini sering disebut Tim 7 GDEAI – Kemenkeu, karena
selain pemerintah (Kepala Biro Perasuransian BAPEPAM LK Kementrian
Keuangan) yang menunjuk langsung 7 orang wakil-wakil asosiasi
perasuransian berdasarkan rekomendasi dari masing-masing ketua asosiasi
asuransi, juga pemerintah sangat komit untuk ikut aktif dalam setiap
rapat tim kerja, bahkan selalu menyediakan tempat rapat di Gedung
Kementrian Keuangan.
Pada malam hari itu, Ketua Tim 7 GDEAI,
Dr. A. Anton Lie, mempresentasikan draft SKKNI (Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia) yang hampir selesai untuk bagian underwriting.
Anton mengatakan bahwa draft SKKNI sertifikasi profesi Underwriter
dibidang asuransi Umum yang baru selesai disusun ini adalah hanya salah
satu dari berbagai bidang kompetensi yang harus dibuat oleh
masing-masing asosiasi asuransi. Bidang profesi lain yang menjadi
prioritas di bidang asuransi yang sangat mencirikan asuransi dibanding
bidang lainnya adalah bidang claim dan reasuransi. Dalam presentasi,
Anton menguraikan tugas Tim GDEAI – Kemenkeu (Tim 7) adalah membuat Gran
Desain Edukasi Asuransi kepada masyarakat dalam industri asuransi
seperti karyawan dan agen asuransi. Tim ini tidak membuat mata kuliah
atau pelajaran apa yang harus disediakan oleh institusi-institusi
pendidikan asuransi, melainkan tim ini mendesain kompetensi apa yang
harus dimiliki oleh setiap profesi inti didalam industri asuransi.
Untuk itu maka Tim bersama pemerintah
memandang perlu membuat suatu standart kompetensi yang diakui nasional
dan internasional. Sertifikasi kompetensi harus dikeluarkan oleh Lembaga
Sertifikasi Profesi yang disahkan oleh Badan Nasional Sertifikasi
Profesi atau dikenal BNSP.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan
adalah pertama mempersiapkan pembentukan Lembaga Sertifikasi Profesi
(LSP), kedua menyiapkan Standart Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI). LSP yang dibentuk belum dapat diakui oleh Badan Nasional
Sertifikasi Profesi (BNSP) kalau belum menyelesaikan SKKNI yang diakui
oleh Kementrian Tenaga Kerja. Pada kesempatan itu selain menjelaskan
bagaimana cara membuat LSP dan SKKNI, Anton juga menekankan bahwa
masing-masing asosiasi perasuransian harus terlibat dalam menyusun
SKKNI.
Bp. Isa Rachmatarwata selaku Kepala Biro
Perasuransian BAPEPAM LK yang terlibat langsung dalam pembuatan Gran
Disain Tim 7, memberikan pengarahan kepada seluruh ketua asosiasi serta
Dewan Asuransi Indonesia untuk segera menunjuk tim di masing-masing
asosiasinya untuk membuat SKKNI di dalam bidang asuransi, tidak hanya di
bagian underwriting namun juga di bagian Reasuransi dan Claim secara
khusus. Draft standar kompetensi yang sudah ditetapkan di dalam Asuransi
Umum dapat digunakan sebagai contoh dan secara bersama-sama akan
disusun untuk bidang lain seperti Asuransi Jiwa, Sosial, Broker,
Adjuster, Aktuari dan bidang-bidang lainnya. Diharapkan SKKNI dapat
diselesaikan pada akhir Juni 2012.
Tanpa terasa, rapat telah berlangsung
hingga pukul 22.30 dan seluruh peserta yang hadir tampak menunjukkan
optimisme yang tinggi untuk mencapai cita-cita bersama dalam
meningkatkan Industri Asuransi Indonesia. Sebagaimana biasa, panitia
Pusdiklat ACA Ciloto, menyediakan jagung dan ubi rebus sebagai tanda
ucapan selamat jalan bagi peserta rapat.
Sumber: Website DAI