KOMPAS.com - Kebutuhan proteksi ada, tetapi bagaimana langkah mulai mengenal proteksi yang seharusnya kita miliki?
Di
Indonesia, jenis asuransi terbagi menjadi dua jenis besar, asuransi
tradisional dan asuransi nontradisional. Asuransi tradisional terbagi
menjadi tiga jenis. Asuransi term life ( berjangka), whole life (seumur hidup), dan endowment (dwiguna). Jangan pusing dulu dengan istilah-istilah ini. Mari kita bahas satu per satu.
Asuransi
berjangka hanya memberikan proteksi dalam jangka waktu tertentu saja.
Proteksinya bisa sesingkat naik pesawat dari Jakarta ke Semarang atau
selama 20 tahun. Jika tidak terjadi risiko, uang asuransi tidak
dikembalikan atau hangus. Asuransi jenis ini memiliki premi paling murah
di antara asuransi lainnya. Uang pertanggungannya pun bisa besar,
mencapai miliaran dengan premi yang tidak terlalu menguras isi kantong.
Asuransi jenis term life tidak memiliki nilai tunai. Jika pada
masa berakhirnya kontrak asuransi si tertanggung masih sehat walafiat,
kontrak berakhir dan tidak ada uang yang diberikan kepada tertanggung.
Mungkin banyak orang yang beranggapan membeli asuransi term life membuang
uang karena tidak ada uang yang didapat jika kontrak berakhir dan
tertanggung tidak meninggal dunia. Akan tetapi, nanti dulu, apakah kita
tidak lebih bersyukur karena dikaruniai kesehatan dan umur panjang?
Sama halnya dengan menyewa petugas satpam untuk menjaga rumah dari
kemalingan dalam satu malam. Jika tidak terjadi kemalingan pada malam
itu, apakah kita dapat menarik kembali gaji si petugas satpam pagi hari
berikutnya? Bukankah kita harus bersyukur karena rumah kita aman?
Jenis kedua adalah whole life.
Asuransi ini mengandung nilai tabungan. Masa proteksinya pun lebih
panjang, hingga mencapai 99 tahun. Asuransi ini disebut sebagai
penyempurnaan asuransi term life yang tidak memiliki nilai tunai. Pada asuransi whole life, ketika kontrak berakhir dan tertanggung masih sehat walafiat, ada nilai tunai yang diberikan.
Risikonya,
premi yang dibayarkan lebih mahal karena risiko klaim pasti terjadi.
Jarang ada orang yang sehat sampai usia 99 tahun kan? Di Indonesia,
angka harapan hidup laki-laki 65 tahun dan perempuan 70 tahun. Nilai
tunai polis whole life dapat dijadikan agunan pinjaman dan ada bonus dividen dari perusahaan bagi pemegang polis whole life. Selain
itu, jika tidak dapat membayar preminya, pemegang polis dapat
mengambil dana dari nilai tunai ini. Fitur ini tidak ada pada jenis term life.
Sayangnya,
bunga dari tabungan yang diinvestasikan jauh lebih rendah dibandingkan
dengan tingkat suku bunga di pasaran. Tabungan dalam asuransi whole life memberikan
bunga hanya sekitar 4 persen per tahun, belum dikurangi biaya dan
pajak. Ketika membeli polis, nilai tunai terlihat besar. Namun, coba
hitung ulang dengan memasukkan faktor inflasi riil umum yang rata-rata
mencapai 12 persen, nilai tunai ini akan tergerus dan menjadi kecil
ketika polis jatuh tempo.
Asuransi "endowment"
Asuransi
ini merupakan produk asuransi berjangka yang memiliki keuntungan
ganda. Sifatnya seperti asuransi berjangka sekaligus sebagai tabungan.
Produk ini amat populer sebelum muncul produk unit link.
Bentuk asuransi endowment beragam. Ada bonus yang muncul secara teratur, misalnya 3 tahun atau 5 tahun. Premi asuransi endowment ini jauh lebih mahal dibandingkan dengan asuransi berjangka atau whole life. Pamor endowment memudar seiring dengan munculnya unit link. Selain itu karena royal memberikan bonus, biaya asuransi endowment justru memberatkan perusahaan asuransi.
Asuransi ”unit link”
Unit
link merupakan asuransi nontradisional. Ini merupakan asuransi dengan
dua kantong, kantong untuk proteksi dan kantung investasi. Uang premi
yang dibayarkan sebagian digunakan untuk membayar proteksi dan sebagian
lagi ditempatkan pada reksa dana dalam bentuk unit link. Pemegang polis
akan diminta memilih di mana akan ditempatkan investasinya, apakah
pada reksa dana saham, reksa dana campuran, reksa dana pendapatan
tetap, atau pasar uang.
Unit link terkait erat dengan pasar
modal. Produk ini cukup rumit dan tidak mudah dipahami. Pemegang polis
harus benar-benar memerhatikan dan mempelajari produk ini.
Nah,
setelah mengetahui jenis-jenis asuransi, pilihlah yang paling cocok
dengan tujuan keuangan Anda. Hitung dahulu kebutuhan asuransi, lalu
tentukan produknya.
Sumber Kompas