Yoko Doi |
Saat
ini sekitar sepertiga penduduk Indonesia, atau 77 juta jiwa, tidak
memiliki simpanan yang dapat diandalkan jika mereka mendapatkan musibah
yang tak terduga. Bayangkan akibat yang terjadi saat pencari nafkah
suatu keluarga meninggal, ketika seorang anak dari keluarga tak mampu
harus dirawat di rumah sakit, atau ketika tanaman milik keluarga petani
rusak karena kekeringan atau banjir. Bencana-bencana seperti itu
mengancam kelangsungan rumah tangga miskin, dan biasanya membuat mereka
makin terperosok ke dalam kemiskinan dan keputusasaan. Dalam hal itulah ‘asuransi mikro’ dapat menjadi penolong utama bagi para keluarga berpenghasilan rendah terhadap musibah yang tak terduga, dan mencegah mereka untuk makin terperosok ke dalam jurang kemiskinan. Asuransi mikro bukanlah suatu jenis produk khusus atau terbatas kepada jenis pemberi layanan tertentu. Asuransi ini menyediakan alternatif pengalihan risiko untuk keluarga berpenghasilan rendah dan ditawarkan dalam berbagai bentuk: sebagai contoh, untuk membiayai pendidikan anak bila tulang punggung pencari nafkah keluarga meninggal; untuk membiayai rumah sakit anak-anak; atau untuk melindungi petani kecil terhadap ancaman gagal panen karena kekeringan atau kejadian iklim ekstrim lainnya. Di Indonesia, pasar utamanya adalah para pekerja sektor informal, seperti buruh tani dengan penghasilan yang tidak menentu. Bagi para petani, model usaha pedesaan tradisional yang mengandalkan agen dan atau kantor cabang tidak akan dapat berjalan dengan baik.Karena besarnya potensi yang ada, perusahaan-perusahaan asuransi kini mulai tertarik untuk membuat produk-produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar tersebut. Namun, perkembangan asuransi mikro di Indonesia masih menemui beberapa tantangan. Kurangnya pengetahuan akan asuransi di kalangan masyarakat; minimnya variasi produk asuransi yang ditujukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah; pandangan bahwa asuransi hanyalah bagi orang kaya; dan kurangnya kepercayaan karena reputasi perusahaan asuransi di Indonesia dan pengalaman buruk yang menimpa mereka saat berurusan dengan penyedia jasa asuransi di waktu yang lalu. Sedangkan dari sisi penyedia jasa asuransi, kontraknyasangatlah rumit; pembayaran klaim memakan waktu terlalu lama dan penuh dengan birokrasi; serta tingginya biaya transaksi membuat produk-produk asuransi menjadi terlalu mahal bagi kaum miskin. Agar dapat berjalan baik, asuransi mikro haruslah terjangkau dan menarik bagi rumah tangga berpenghasilan rendah. Para pemberi jasa harus menawarkan produk-produk dengan biaya terjangkau, distribusi yang efektif dari segi biaya dan proses pembayaran klaim yang lebih sederhana. Produk-produk asuransi mikro juga harus memberikan tingkat ketersediaan dan fleksibilitas yang tinggi. Telepon selular (ponsel) dapat membantu distribusi asuransi mikro ke daerah terpencil dan pedesaan. Sebagai contoh, seorang petani di daerah terpencil dapat membayar premi untuk asuransi kekeringan dengan menggunakan aplikasi asuransi mikro khusus yang tersedia pada ponselnya. Pemegang polis dengan arus kas yang tidak menentu dapat membayar tambahan premi ketika memiliki dana yang lebih, dan membayar lebih sedikit ketika keadaan keuangannya sedang menurun. Aset bernilai rendah juga dapat diasuransikan untuk jangka pendek; suatu petak sawah, misalnya, dapat diasuransikan terhadap kekeringan selama satu masa panen, yang berlangsung selama empat bulan. Selain faktor-faktor diatas, asuransi mikro juga harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi dalam negeri. Kerjasama antara sektor swasta dan pemerintah dapat menghasilkan berbagai produk-produk inovatif yang sesuai dengan permintaan. Bank Dunia di Indonesia sedang membantu pengembangan inovasi ini dengan mempertemukan para penyusun kebijakan dengan penyedia jasa asuransi, serta membagikan pengetahuan dan pengalaman praktek asuransi mikro dari berbagai negara. Seiring dengan tersedianya produk-produk asuransi mikro ini, masyarakat harus diberikan penyuluhan mengenai manfaat produk asuransi mikro. Bersamaan dengan itu, keterampilan lembaga-lembaga terkait dan pihak-pihak yang berpotensi sebagai penyalur produk asuransi juga harus diperkuat, untuk menciptakan lingkungan yang mendukung penyaluran asuransi mikro. Indonesia akan mengambil suatu langkah besar menuju pengentasan kemiskinan, sekaligus mendorong sektor swasta dan ekonomi secara keseluruhan. Ketika hal-hal buruk terjadi pada hidup kita, sesuatu yang tidak terelakan, sebagian dari kita mengandalkan tabungan atau polis asuransi yang kita miliki. Asuransi mikro menawarkan kesempatan bagi keluarga berpenghasilan rendah untuk tetap bertahan ketika kesulitan datang, tanpa memberi tambahan beban keuangan. Yoko Doi adalah spesialis keuangan yang menangani hal yang berkaitan dengan akses terhadap jasa keuangan di kantor Bank Dunia Jakarta. | ||
Permanent URL for this page: http://go.worldbank.org/0HXUAKJM80