Pembangunan infrastruktur juga akan meningkat di tahun 2013. Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN) Aviliani dalam Fokus Group Discussion (FGD) bertema ‘Prediksi Isu Perekonomian 2013’ yang digelar Ditjen Informasi dan Komunikasi (IKP) Kementerian Kominfo di Jakarta, Kamis (21/11) menyatakan bahwa anggaran-anggaran lembaga pemerintah lebih diarahkan ke pembangunan infrastruktur. Pembenahan infrastruktur akan memperlancar arus barang dan jasa, mempertahankan daya beli masyarakat, dan mendorong konsumsi domestik.
Prospek Asuransi 2013
Meningkatnya pembangunan infrastruktur akan mendorong pertumbuhan asuransi di Indonesia ke arah yang lebih baik. Lancarnya arus barang dan jasa dan meningkatnya konsumsi masyarakat menjadi keuntungan sendiri bagi bisnis asuransi. Semakin banyak aset yang dimiliki oleh masyarakat tentu akan semakin banyak pula aset yang diasuransikan.
Lembaga pemeringkatan global Fitch Ratings menilai prospek asuransi jiwa maupun kerugian di Indonesia pada 2013 akan stabil dengan pendapatan premi yang berkelanjutan dan penguatan peraturan yang mendukung industri. Fitch berpendapat bahwa kebijakan pemerintah untuk meningkatkan aturan persyaratan peraturan menjadi Rp70 miliar (US$7,25 juta) pada 2012 dan Rp100 miliar pada 2014 akan mendorong konsolidasi pasar lebih ketat. Dampak dari kebijakan modal minimum, jumlah pemain industri akan menyusut karena asuransi yang lebih kecil dan lebih lemah akan bergabung dengan perusahaan lain untuk memenuhi persyaratan modal.
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) yakin, tahun depan industri asuransi umum masih bisa bertumbuh di kisaran 22 persen sampai 23 persen.Munculnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang bekerja di tahun 2013 ini juga memberi harapan baru bagi cerahnya bisnis asuransi di tahun 2013. Rencana OJK untuk membuat tarif referensi asuransi properti dan kebakaran akan menciptakan sehatnya persaingan penjualan asuransi properti dan kebakaran.
Ancaman Bisnis Asuransi 2013
Terlepas dari cerahnya bisnis asuransi di tahun 2013, ancaman risiko bencana katastropik menjadi ancaman di Indonesia. Badai Shandy di Amerika menjadi salah satu contoh di mana bencana katastropik tersebut menguras habis aset perusahaan-perusahaan asuransi di sana. Indonesia adalah daerah yang memiliki segudang potensi bencana katastropik, baik itu tsunami, banjir, gempa bumi, maupun angin kencang.
Penetrasi asuransi di Indonesia yang hanya sebesar 1,7% tentu juga menjadi bagian dari pekerjaan rumah asosiasi-asosiasi dan perusahaan-perusahaan asuransi di Indonesia. Usaha untuk menciptakan kesadaran berasuransi atau insurance minded harus terus digalakkan agar daya beli masyarakat terhadap produk asuransi semakin meningkat,
Oleh: Afrianto Budi P, SS, MM.
Tags
Artikel Afrianto