JAKARTA, KOMPAS.com - Asosiasi Asuransi Jiwa
Indonesia (AAJI) menyebutkan masyarakat Indonesia saat ini belum sadar
akan fungsi asuransi jiwa. Hal itu terlihat dari penetrasi asuransi jiwa
yang masih kecil dibanding populasi masyarakat Indonesia.
Ketua
Umum AAJI Hendrisman Rahim mengatakan, rendahnya pemahaman akan
pentingnya berasuransi ini merupakan tantangan utama dari industri
asuransi jiwa selama ini.
"Dari total penduduk Indonesia sebesar
240 juta jiwa, hanya sekitar 43,7 juta orang atau hanya sekitar 18
persen dari total penduduk Indonesia yang memiliki perlindungan asuransi
jiwa. Dan dari 43,7 juta orang tersebut, hanya sekitar 11 juta orang
atau hanya 4,5 persen dari total populasi yang memiliki asuransi jiwa
individu," kata Hendrisman saat konferensi pers di kantor AAJI di Plaza
Office Tower Jakarta, Jumat (3/5/2013).
Untuk meningkatkan
penetrasi asuransi jiwa di Indonesia ini, menurut Hendrisman, perlu
tenaga-tenaga pemasar berlisensi untuk memberikan edukasi lebih baik
lagi kepada publik mengenai pentingnya asuransi jiwa.
Hingga akhir
tahun 2012 lalu, jumlah tenaga pemasar asuransi jiwa berlisensi baru
303.115 orang. Jumlah tersebut naik 19,12 persen dibanding tahun
sebelumnya sebesar 254.463 orang. Kenaikan ini berarti jumlah tenaga
pemasar berlisensi semakin bertumbuh dan semakin menjangkau dan
mengedukasi masyarakat di seluruh pelosok tanah air.
"Kami akan
meningkatkan jumlah tenaga pemasar asuransi jiwa yang berlisensi ini ke
depan untuk meningkatkan industri ini," tambahnya.
Untuk tenaga
pemasar asuransi dikontribusikan dari keagenan, bancassurance dan direct
marketing atau telemarketing. Masing-masing kontribusinya adalah 38,3
persen, 40,4 persen dan 8,5 persen serta lain-lain 12,8 persen terhadap
total pendapatan premi industri.
"Agen dan bancassurance tetap
menjadi tenaga pemasar yang penting bagi kami untuk meningkatkan
industri asuransi jiwa ini," tambahnya.
Editor :
Erlangga Djumena
Tags
News