Metrotvnews.com, Jakarta: Menurut hasil penelitian
yang baru diterbitkan Munich Re Foundation dan GIZ, sektor asuransi
mikro di Asia dan Oseania telah mencapai 172 juta jiwa dan mencakup
properti, yang menggambarkan 40% laju pertumbuhan pada tahun 2010 dan
2012.
India memimpin pasar dengan lebih dari 100 juta, sementara Malaysia dan Indonesia memiliki pasar asuransi mikro dengan prospek paling cerah dengan laju pertumbuhan masing-masing sebesar 185% dan lebih dari 100%, pada periode yang sama.
Meskipun prestasi ini membanggakan, namun saat ini sektor asuransi mikro masih kurang dari 5% penduduk yang tinggal di Asia dan Oseania.
"Jika penduduk berpenghasilan rendah tidak mampu mengelola risiko, maka mereka tidak akan bisa lepas dari rantai kemiskinan." kata Craig Churchill, Ketua Microinsurance Network (Jaringan Asuransi Mikro) di Jakarta, Jumat (8/11).
Oleh karena itu, akses asuransi bagi penduduk berpenghasilan rendah adalah penting demi pembangunan yang berkesinambungan.
Saat ini, pengguna asuransi jiwa mencakup (83 juta), disusul oleh asuransi kecelakaan (77 juta), kesehatan (27 juta), pertanian (26 juta), dan properti (7 juta).
Selain itu, lebih dari 1,6 miliar penduduk terlindungi oleh pola bersubsidi yang disebut dengan “asuransi mikro sosial” atau pola perlindungan sosial.
"Pasar Asuransi Mikro perlu dilengkapi dengan pola kerja yang melibatkan pemerintah untuk meningkatkan jangkauan, terutama di bidang pertanian dan kesehatan. Sangatlah penting untuk prinsip asuransi dikembangkan secara bersama-sama, dengan menyertakan industri asuransi, regulator atau pemerintah, dan perwakilan klien sekaligus para donatur," ujar Dirk Reinhard, Wakil Ketua Munich Re Foundation.
Pengembangan kapasitas beserta value chain adalah faktor kunci agar sektor tersebut maju. Hal itu diungkapkan Antonis Malagardis, Direktur Program untuk program GIZ 'Promosi Kerangka Peraturan untuk Pasar Asuransi Pro-penduduk miskin di Asia (Regulatory Framework Promotion of Pro-poor Insurance Markets in Asia').
"Strategi pengembangan kapasitas RFPI Asia memprioritaskan pengembangan para pelatih dan para ahli di bidang peraturan asuransi, terutama dalam bidang-bidang penting seperti asuransi pertanian, manajemen risiko bencana, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan asuransi syariah," tambahnya. (Wibowo)
India memimpin pasar dengan lebih dari 100 juta, sementara Malaysia dan Indonesia memiliki pasar asuransi mikro dengan prospek paling cerah dengan laju pertumbuhan masing-masing sebesar 185% dan lebih dari 100%, pada periode yang sama.
Meskipun prestasi ini membanggakan, namun saat ini sektor asuransi mikro masih kurang dari 5% penduduk yang tinggal di Asia dan Oseania.
"Jika penduduk berpenghasilan rendah tidak mampu mengelola risiko, maka mereka tidak akan bisa lepas dari rantai kemiskinan." kata Craig Churchill, Ketua Microinsurance Network (Jaringan Asuransi Mikro) di Jakarta, Jumat (8/11).
Oleh karena itu, akses asuransi bagi penduduk berpenghasilan rendah adalah penting demi pembangunan yang berkesinambungan.
Saat ini, pengguna asuransi jiwa mencakup (83 juta), disusul oleh asuransi kecelakaan (77 juta), kesehatan (27 juta), pertanian (26 juta), dan properti (7 juta).
Selain itu, lebih dari 1,6 miliar penduduk terlindungi oleh pola bersubsidi yang disebut dengan “asuransi mikro sosial” atau pola perlindungan sosial.
"Pasar Asuransi Mikro perlu dilengkapi dengan pola kerja yang melibatkan pemerintah untuk meningkatkan jangkauan, terutama di bidang pertanian dan kesehatan. Sangatlah penting untuk prinsip asuransi dikembangkan secara bersama-sama, dengan menyertakan industri asuransi, regulator atau pemerintah, dan perwakilan klien sekaligus para donatur," ujar Dirk Reinhard, Wakil Ketua Munich Re Foundation.
Pengembangan kapasitas beserta value chain adalah faktor kunci agar sektor tersebut maju. Hal itu diungkapkan Antonis Malagardis, Direktur Program untuk program GIZ 'Promosi Kerangka Peraturan untuk Pasar Asuransi Pro-penduduk miskin di Asia (Regulatory Framework Promotion of Pro-poor Insurance Markets in Asia').
"Strategi pengembangan kapasitas RFPI Asia memprioritaskan pengembangan para pelatih dan para ahli di bidang peraturan asuransi, terutama dalam bidang-bidang penting seperti asuransi pertanian, manajemen risiko bencana, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan asuransi syariah," tambahnya. (Wibowo)
Sumber: Metrotvnews
Tags
News