Jakarta -Menurut hasil penelitian yang diterbitkan Munich Re Foundation dan GIZ, pertumbuhan pasar asuransi mikro di Indonesia termasuk yang paling cerah di antara negara-negara di kawasan Asia dan Oseania.
Menurut penelitian itu, pertumbuhan pasar mikro Indonesia pada tahun 2012 mencapai lebih dari 100 persen.
Namun Ketua Microinsurance Network Craigh Churchill mengatakan,
pertumbuhan ini belum mampu meningkatkan penetrasi asuransi mikro di
Indonesia. Saat ini, penetrasi asuransi mikro di Indonesia baru mencapai
1,3 juta penduduk dari 240 juta penduduk yang ada di Indonesia.
Langkah yang diperlukan untuk meningkatkan penetrasi tersebut dengan
memperluas akses asuransi bagi penduduk berpenghasilan rendah.
"Jika penduduk berpenghasilan rendah tidak mampu mengelola risiko,
maka mereka tidak akan bisa lepas dari rantai kemiskinan," jelas
Churchill dalam acara 9th International Microinsurance Conference di
Hotel Sultan, Selasa (12/11).
Menurut Churchill, dalam mengembangkan asuransi mikro tidak bisa
hanya melibatkan pelaku industri, namun juga pemerintah. Pasalnya,
pemerintah bisa menyatukan berbagai pemangku kepentingan, seperti
industri asuransi, regulator, dan para donatur.
Sektor asuransi mikro yang menurut Churchill patut menjadi prioritas
adalah kesehatan dan pertanian. Kepala Eksekutif Pengawas Industri
Keuangan Non Bank Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Firdaus Djaelani
mengungkapkan, saat ini OJK sedang mengembangkan konsorsium asuransi
kelapa sawit.
"Kami perlahan akan mengembangkan sektor pertanian, yang saat ini sedang digarap adalah asuransi kelapa sawit,"tandasnya.
Firdaus menjelaskan, pihaknya juga sudah membentuk grand design
tentang asuransi mikro. Di dalam grand design ini, asuransi mikro
dijelaskan sebagai asuransi dengan premi rendah, yaitu 50.000 sekali
penutupan, klaim mudah. Adapun masyarakat yang mendapatkan asuransi
mikro adalah masyarakat berpenghasilan standar, yaitu Rp 2,5 juta per
bulan.
Sumber: Beritasatu
Tags
Asuransi Mikro