Liputan6.com, Jakarta : Jangan berpikir kalau orang
Indonesia itu tidak mengerti tentang asuransi. Karena ternyata asuransi
kesehatan sudah berkembang pesat di dunia. Orang Indonesia hanya belum
paham perbedaan asuransi swasta dan nasional yang akan diterapkan
pemerintah per 1 Januari 2014.
Bahkan menurut Director of Graduate Schools
di Universitas Paramadina sekaligus penulis buku `Politik Sistem
Jaminan Sosial - Menciptakan Rasa Aman dalam Ekonomi Pasar`, Dinna
Wisnu, Ph.D mengatakan bahwa masalah ketidaktahuan asuransi di
masyarakat itu hanya mitos.
"Mitos itu kalau ada yang bilang
masyrakat Indonesia tidak mau ikut dan bayar asuransi. Mereka hanya
belum paham perbedaan asuransi swasta dan sosial. Mereka takut, kalau
menyimpan uang dulu nanti ditipu," kata Dinna saat acara diskusi
Tinjauan dan Kaleidoskop 2014 yang berlangsung di Hotel Haris, Tebet,
Jakarta dan ditulis Kamis (18/12/2013).
Inilah yang menurut Dina
membuat edukasi sistem jaminan kesehatan 2014 belum optimal. Karena
sejumlah masyarakat masih takut menyimpan uangnya dan takut membayar
mahal untuk memeriksakan diri ke dokter.
"Jadi saya pikir tidak
etis kalau masalah pembiayaan dibebankan ke masyarakat miskin. Tapi kita
bisa coba cara lain, misalkan seperti di Thailand yang membebankan
sebagian biaya fasilitas kesehatan ke orang asing atau turis yang datang
ke Indonesia. Kita butuh kretivitas," ungkapnya.
Selain itu Dinna
menyampaikan ada satu hal yang kurang dan semestinya ada di
undang-undang sistem insentif pelayanan kesehatan yaitu insentif.
"Insentif bukan berupa uang karena negara tidak memiliki uang lagi. Tapi
insentif yang bisa berupa hal lain. Misalkan, bila pelayanannya bagus,
dokter akan mendapatkan kemudahan tertentu bukan seperti sekarang yang
lebih banyak sanksinya."
(Fit/Mel)
Sumber: Liputan 6