Surabayanews.co.id - Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, industri asuransi mengalami banyak kelemahan.
Diantaranya masih minimnya SDM tenaga ahli asuransi dan sedikitnya minat investor untuk berinvestasi di asuransi akibat saham asuransi di Indonesia, cenderung menjadi saham tidur.
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mengakui banyaknya kelemahan yang masih dialami oleh industri asuransi Indonesia, terutama dalam menghadapi MEA atau Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
Salah satunya adalah masih minimnya tenaga ahli untuk asuransi atau aktuaris untuk memenuhi kebutuhan industri asuransi di Indonesia, bahkan jumlah tenaga aktuaris di Indonesia masih jauh dari kata ideal. Idealnya aktuaris dari otoritas jasa keuangan adalah sebanyak 700 hingga 800 sedangkan aktuaris di Indonesia hanya mencapai 165.
Jika dalam kurun waktu selama 2 hingga 3 tahun tenaga aktuaris tersebut tak tercapai sesuai jumlah ideal, dimungkinkan akan banyak tenaga aktuaris luar negeri yang akan masuk ke Indonesia untuk menguasai industri asuransi.
“Faktor utama rendahnya aktuaris ini dipengaruhi masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang industri asuransi di Indonesia,” jelas Julian Noor, executive directur AAUI.
Selain itu, dampak rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap asuransi juga berpengaruh pada minat investor di Indonesia yang masih minim untuk memiliki saham perusahaan asuransi. Sehingga salah satu cara untuk mendongkrak saham asuransi lokal di perusahaan asuransi dengan cara melakukan IPO. Sayangnya saham asuransi saat inicenderung menjadi saham tidur dan tidak aktif diperdagangkan.
Padahal AAUI mengaku bisnis asuransi di Indonesia masih sangat potensial. Dengan pertumbuhan premi antara 15 hingga 20 persen per tahun dan laba bersih dengan pertumbuhan rata-rata 10 hingga 15 persen per tahun. Sektor tersebut juga dinilai sebagai salah satu sektor yang menguntungkan secara investasi. (dewi/rid)
Sumber: Surabayanews
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete