JAKARTA, KOMPAS.com - Tahun 2015 bukanlah tahun yang menguntungkan bagi perekonomian, yang terasa imbasnya hingga kuartal pertama tahun 2016.
Dengan perekonomian yang melambat, bagaimana kinerja industri asuransi jiwa nasional?
Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim menjelaskan, secara umum kinerja industri asuransi jiwa membaik dibandingkan tahun 2015.
Akan tetapi, ia tidak memberikan penjelasan terperinci terkait kinerja industri asuransi jiwa.
"Membaik dari tahun lalu, ini (dilihat) dari jumlah premi yang baru," kata Hendrisman di sela-sela acara buka puasa bersama Pengajian Asuransi Indonesia di Jakarta, Jumat (10/6/2016).
Menurut Hendrisman, jumlah premi baru terlihat meningkat pada asuransi jiwa individu atau perorangan dengan kategori mikro ke atas.
Sementara itu, jumlah premi baru untuk asuransi mikro belum menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Hendrisman mengungkapkan, lemahnya jumlah premi baru untuk produk asuransi mikro disebabkan penetrasi pasar yang belum bagus.
Namun begitu, ia menyatakan industri asuransi jiwa sendiri sudah memasarkan dan mensosialisasikan produk asuransi mikro tersebut.
Adapun tantangan industri asuransi jiwa tahun ini diakui Hendrisman adalah persaingan yang semakin ketat.
Pasalnya, semakin banyak perusahaan asuransi yang terjun ke bisnis asuransi jiwa yang memang menjanjikan.
"Pasar semakin kompetitif, pemain semakin banyak. Pasar (asuransi jiwa) individual akan menjadi sangat penuh persaingan. Makin banyak yang baru dan agen-agennya semakin banyak," terang Hendrisman.
Per Desember 2015, pendapatan premi industri mencapai Rp 102,42 triliun.
Capaian itu turun 9,3 persen secara tahunan (yoy) dibandingkan perolehan premi industri asuransi jiwa sepanjang 2014 yang tercatat sebesar Rp 112,88 triliun.
Dengan perekonomian yang melambat, bagaimana kinerja industri asuransi jiwa nasional?
Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim menjelaskan, secara umum kinerja industri asuransi jiwa membaik dibandingkan tahun 2015.
Akan tetapi, ia tidak memberikan penjelasan terperinci terkait kinerja industri asuransi jiwa.
"Membaik dari tahun lalu, ini (dilihat) dari jumlah premi yang baru," kata Hendrisman di sela-sela acara buka puasa bersama Pengajian Asuransi Indonesia di Jakarta, Jumat (10/6/2016).
Menurut Hendrisman, jumlah premi baru terlihat meningkat pada asuransi jiwa individu atau perorangan dengan kategori mikro ke atas.
Sementara itu, jumlah premi baru untuk asuransi mikro belum menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Hendrisman mengungkapkan, lemahnya jumlah premi baru untuk produk asuransi mikro disebabkan penetrasi pasar yang belum bagus.
Namun begitu, ia menyatakan industri asuransi jiwa sendiri sudah memasarkan dan mensosialisasikan produk asuransi mikro tersebut.
Adapun tantangan industri asuransi jiwa tahun ini diakui Hendrisman adalah persaingan yang semakin ketat.
Pasalnya, semakin banyak perusahaan asuransi yang terjun ke bisnis asuransi jiwa yang memang menjanjikan.
"Pasar semakin kompetitif, pemain semakin banyak. Pasar (asuransi jiwa) individual akan menjadi sangat penuh persaingan. Makin banyak yang baru dan agen-agennya semakin banyak," terang Hendrisman.
Per Desember 2015, pendapatan premi industri mencapai Rp 102,42 triliun.
Capaian itu turun 9,3 persen secara tahunan (yoy) dibandingkan perolehan premi industri asuransi jiwa sepanjang 2014 yang tercatat sebesar Rp 112,88 triliun.
Penulis | : Sakina Rakhma Diah Setiawan |
Editor | : M Fajar Marta |