JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Asosiasi
Asuransi Jiwa Indonesia (AAUI) Hendrisman Rahim menyatakan penetrasi
asuransi jiwa di Indonesia sulit untuk terkerek naik.
Kondisi ini, kata Hendrisman, merupakan tantangan bagi industri maupun asosiasi.
"Secara umum kita itu susah sekali meningkatkan penetrasi asuransi jiwa," kata Hendrisman di sela-sela acara buka puasa bersama Pengajian Asuransi Indonesia di Jakarta, Jumat (10/6/2016).
Oleh karena itu, Hendrisman mengungkapkan, industri asuransi jiwa Indonesia harus duduk bersama dan memikirkan cara dan formulasi agar penetrasi asuransi jiwa dapat meningkat.
Pasalnya, hingga saat ini penetrasi asuransi jiwa Indonesia stagnan di angka 2 persen dan sulit untuk meningkat walaupun sedikit.
Peningkatan penetrasi asuransi jiwa dipandang Hendrisman sangat penting.
Sebab, apabila penetrasi meningkat 1 persen saja, maka akan berdampak signifikan terhadap peningkatan premi asuransi jiwa.
"Kalau saya pikir, industri harus duduk pikirkan bagaimana caranya untuk meningkatkan (penetrasi) sekian persen, seperti apa caranya, tapi harus komitmen," ungkap Hendrisman, yang juga menjabat Ketua Dewan Asuransi Indonesia (DAI) ini.
Hendrisman menyebut, penetrasi asuransi jiwa Indonesia berada pada peringkat 74 dunia pada tahun 2012.
Namun demikian, dari sisi jumlah premi, Indonesia menempati peringkat 34.
Adapun negara-negara yang peringkatnya di atas Indonesia adalah negara-negara yang pasar asuransinya sudah mature, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang.
Sementara itu, pasar asuransi Indonesia masih masuk kategori berkembang.
"Pasar kita masih berkembang sementara pasar mereka sudah mature. Tahun ini masih di situ juga. Harapan saya kalau naik dari 74 ke 70 saja itu preminya naik tinggi sekali," tutur Hendrisman.
Sumber : Kompas
Kondisi ini, kata Hendrisman, merupakan tantangan bagi industri maupun asosiasi.
"Secara umum kita itu susah sekali meningkatkan penetrasi asuransi jiwa," kata Hendrisman di sela-sela acara buka puasa bersama Pengajian Asuransi Indonesia di Jakarta, Jumat (10/6/2016).
Oleh karena itu, Hendrisman mengungkapkan, industri asuransi jiwa Indonesia harus duduk bersama dan memikirkan cara dan formulasi agar penetrasi asuransi jiwa dapat meningkat.
Pasalnya, hingga saat ini penetrasi asuransi jiwa Indonesia stagnan di angka 2 persen dan sulit untuk meningkat walaupun sedikit.
Peningkatan penetrasi asuransi jiwa dipandang Hendrisman sangat penting.
Sebab, apabila penetrasi meningkat 1 persen saja, maka akan berdampak signifikan terhadap peningkatan premi asuransi jiwa.
"Kalau saya pikir, industri harus duduk pikirkan bagaimana caranya untuk meningkatkan (penetrasi) sekian persen, seperti apa caranya, tapi harus komitmen," ungkap Hendrisman, yang juga menjabat Ketua Dewan Asuransi Indonesia (DAI) ini.
Hendrisman menyebut, penetrasi asuransi jiwa Indonesia berada pada peringkat 74 dunia pada tahun 2012.
Namun demikian, dari sisi jumlah premi, Indonesia menempati peringkat 34.
Adapun negara-negara yang peringkatnya di atas Indonesia adalah negara-negara yang pasar asuransinya sudah mature, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang.
Sementara itu, pasar asuransi Indonesia masih masuk kategori berkembang.
"Pasar kita masih berkembang sementara pasar mereka sudah mature. Tahun ini masih di situ juga. Harapan saya kalau naik dari 74 ke 70 saja itu preminya naik tinggi sekali," tutur Hendrisman.
Sumber : Kompas
Penulis | : Sakina Rakhma Diah Setiawan | ||
Editor | : M Fajar Marta |