Bali, CNN Indonesia -- Industri asuransi umum pesimistis mampu merealisasikan target pertumbuhan bisnis hingga akhir tahun nanti. Pelaku industri perasuransian menuding dampak perekonomian global dan nasional menjadi biang kerok yang mengakibatkan beberapa target meleset.
Yasril Y Rasyid, Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menyatakan, target pertumbuhan premi tahun ini sebesar 15-20 persen, tidak akan terpenuhi. Hal tersebut dikarenakan realisasi pertumbuhan ekonomi nasional lebih rendah dari asumsi.
“Tadinya, kami pikir program pemerintah menggiatkan infrastruktur akan berjalan kencang. Ternyata, lebih rendah. Selain itu, ekonomi kita juga tumbuh lebih rendah dari asumsi. Daya belinya turut rendah,” ujarnya di sela-sela perhelatan tahunan Indonesia Rendevouz ke-22 di Nusa Dua, Bali, Kamis (27/10).
Walhasil, ia memproyeksikan, pertumbuhan premi hingga akhir tahun nanti hanya akan berkisar 10-15 persen.
Adapun, sampai semester I 2016, pertumbuhan premi industri asuransi umum hanya sebesar 8,2 persen menjadi Rp30,38 triliun. Realisasi ini lebih rendah ketimbang pertumbuhan semester I 2015 yang sebesar 10,2 persen.
Menurut Direktur Utama PT Asuransi Adira Dinamika (Adira Insurance) Indra Baruna, penurunan penjualan otomotif ikut memengaruhi bisnis asuransi. Soalnya, di industri asuransi umum, bisnis asuransi otomotif merupakan penyumbang premi terbesar setelah asuransi kebakaran/ properti.
Di Adira Insurance, porsi premi asuransi kendaraan bermotor terhadap total premi mencapai 55 persen dari pencapaian premi tahun lalu. Nah, sisanya 45 persen berasal dari asuransi non kendaraan bermotor. Asal tahu saja, tahun lalu, premi Adira Insurance mencapai Rp2,2 triliun.
“Premi asuransi kebarakan/properti masih tumbuh 3 persen, asuransi perjalanan juga naik. Namun, premi asuransi kendaraan bermotor turunnya lumayan berat. Sehingga, secara total, premi kami kuartal III 2016 tumbuh dua persen,” terang Indra.
Pencapaian itu sangat bagus, mengingat telah melampaui ekspektasi perseroan yang diproyeksi stagnan. Secara keseluruhan, premi Adira Insurance per kuartal III 2016 sebesar Rp1,76 triliun.
“Memang, tahun yang berat ya,” imbuh dia.
Jasindo Lebih Optimistis
Pandangan berbeda disampaikan oleh Direktur PT Asuransi Jasindo (Persero) Sahata L Tobing. Ia tetap meyakini pertumbuhan preminya bakal mencapai 15 persen atau menjadi sekitar Rp5,56 triliun hingga akhir tahun nanti.
Optimisme ini berkaca pada pemulihan sektor pertambangan, energi. Sehingga, logistik akan berjalan. Selain itu, dunia usaha akan lebih legowo menjalankan bisnis pada kuartal keempat setelah gelaran pengampunan pajak.
“Memang, asuransi kendaraan bermotor turun, karena penjualannya turun. Tetapi bisnis lain akan tumbuh melesat. Ekonomi jalan, tax amnesty mulai berdampak, investasi akan lebih cerah. Tren asuransi umum juga banyak bisnis jelang pergantian tahun,” tutur Sahata.
Per September 2016, Jasindo membukukan pendapatan premi sekitar Rp3,6 triliun atau meningkat 10 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu. Selain asuransi kendaraan bermotor, Jasindo membukukan pertumbuhan hampir di seluruh lini bisnisnya. (gir/ags)
Sumber: CNN News
Yasril Y Rasyid, Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menyatakan, target pertumbuhan premi tahun ini sebesar 15-20 persen, tidak akan terpenuhi. Hal tersebut dikarenakan realisasi pertumbuhan ekonomi nasional lebih rendah dari asumsi.
“Tadinya, kami pikir program pemerintah menggiatkan infrastruktur akan berjalan kencang. Ternyata, lebih rendah. Selain itu, ekonomi kita juga tumbuh lebih rendah dari asumsi. Daya belinya turut rendah,” ujarnya di sela-sela perhelatan tahunan Indonesia Rendevouz ke-22 di Nusa Dua, Bali, Kamis (27/10).
Walhasil, ia memproyeksikan, pertumbuhan premi hingga akhir tahun nanti hanya akan berkisar 10-15 persen.
Adapun, sampai semester I 2016, pertumbuhan premi industri asuransi umum hanya sebesar 8,2 persen menjadi Rp30,38 triliun. Realisasi ini lebih rendah ketimbang pertumbuhan semester I 2015 yang sebesar 10,2 persen.
Menurut Direktur Utama PT Asuransi Adira Dinamika (Adira Insurance) Indra Baruna, penurunan penjualan otomotif ikut memengaruhi bisnis asuransi. Soalnya, di industri asuransi umum, bisnis asuransi otomotif merupakan penyumbang premi terbesar setelah asuransi kebakaran/ properti.
Di Adira Insurance, porsi premi asuransi kendaraan bermotor terhadap total premi mencapai 55 persen dari pencapaian premi tahun lalu. Nah, sisanya 45 persen berasal dari asuransi non kendaraan bermotor. Asal tahu saja, tahun lalu, premi Adira Insurance mencapai Rp2,2 triliun.
“Premi asuransi kebarakan/properti masih tumbuh 3 persen, asuransi perjalanan juga naik. Namun, premi asuransi kendaraan bermotor turunnya lumayan berat. Sehingga, secara total, premi kami kuartal III 2016 tumbuh dua persen,” terang Indra.
Pencapaian itu sangat bagus, mengingat telah melampaui ekspektasi perseroan yang diproyeksi stagnan. Secara keseluruhan, premi Adira Insurance per kuartal III 2016 sebesar Rp1,76 triliun.
“Memang, tahun yang berat ya,” imbuh dia.
Jasindo Lebih Optimistis
Pandangan berbeda disampaikan oleh Direktur PT Asuransi Jasindo (Persero) Sahata L Tobing. Ia tetap meyakini pertumbuhan preminya bakal mencapai 15 persen atau menjadi sekitar Rp5,56 triliun hingga akhir tahun nanti.
Optimisme ini berkaca pada pemulihan sektor pertambangan, energi. Sehingga, logistik akan berjalan. Selain itu, dunia usaha akan lebih legowo menjalankan bisnis pada kuartal keempat setelah gelaran pengampunan pajak.
Per September 2016, Jasindo membukukan pendapatan premi sekitar Rp3,6 triliun atau meningkat 10 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu. Selain asuransi kendaraan bermotor, Jasindo membukukan pertumbuhan hampir di seluruh lini bisnisnya. (gir/ags)
Sumber: CNN News
Tags
News